7 Habits for UMKM – Kebiasaan yang Bikin Usaha Kecil Jadi Besar
Oleh: Kang Apik
https://www.komunikasi.net/p/profil-founder.html?m=1
Kalau kita bicara UMKM, sering kali yang muncul adalah cerita tentang semangat, kerja keras, dan ketekunan.
Tapi faktanya, semangat saja tidak cukup. Banyak pelaku usaha kecil yang rajin, tapi tidak naik kelas. Alasannya bukan karena rezekinya seret, tapi karena habits-nya belum berubah.
Saya sering bilang ke peserta pelatihan: bisnis itu bukan cuma soal jualan, tapi soal kebiasaan yang kita rawat tiap hari.
Dan inspirasi terbaik soal kebiasaan datang dari Stephen R. Covey lewat bukunya “The 7 Habits of Highly Effective People.”
Nah, kalau 7 habits itu diterjemahkan ke dalam dunia UMKM, hasilnya luar biasa.
Mari kita lihat satu per satu versi “Kang Apik Style”.
1. Be Proactive – Jangan Nunggu Pelanggan, Jemput Bola!
Banyak pelaku UMKM baru bergerak kalau ada pesanan. Begitu sepi, langsung bingung.
Padahal, pelaku usaha yang hebat bukan yang paling ramai, tapi yang paling proaktif.
Artinya, jangan cuma menunggu pelanggan datang, tapi cari tahu apa yang mereka butuhkan sebelum mereka sadar.
Contoh sederhana: pelanggan sering tanya “ada varian pedas nggak?” — ya sudah, buat versi pedasnya duluan!
Proaktif itu bukan hanya soal cepat bertindak, tapi juga peka membaca tanda-tanda pasar.
2. Begin with the End in Mind – Punya Arah dari Awal
Coba tanya diri sendiri: “Lima tahun lagi, usaha ini mau jadi apa?”
Kalau nggak bisa jawab, berarti belum punya end in mind.
Banyak UMKM sibuk jualan hari ini tapi lupa mikir besok mau jadi apa.
Padahal visi itu seperti peta jalan. Tanpa arah yang jelas, semua kerja keras bisa tersesat.
Kalau punya warung, misalnya, jangan berhenti di jualan saja.
Bayangkan, suatu saat punya cabang, punya produk kemasan, bahkan punya merek nasional.
Mimpi besar itu bukan omong kosong — asal punya kebiasaan kecil yang terarah.
3. Put First Things First – Dahulukan yang Penting, Bukan yang Kelihatan Sibuk
Pelaku UMKM sering terjebak dalam rutinitas harian: produksi, melayani, kirim pesanan, belanja bahan, dan seterusnya.
Tapi coba pikir: dari semua aktivitas itu, mana yang benar-benar bikin usaha berkembang?
Kadang kita perlu berhenti sejenak dan bertanya, “apa yang penting tapi sering saya tunda?”
Misalnya: belajar digital marketing, menghitung ulang harga pokok, atau memperbaiki kemasan.
Semua itu tidak terlihat mendesak, tapi justru menentukan masa depan usaha.
Jadi, jangan biarkan yang mendesak mengalahkan yang penting.
4. Think Win-Win – Jangan Cuma Cari Untung, Tapi Juga Keberkahan
Hubungan antar manusia adalah aset utama UMKM.
Think win-win artinya: setiap transaksi harus bikin dua pihak senang.
Kalau pelanggan merasa ditipu, dia nggak akan balik lagi. Tapi kalau pelanggan merasa dihargai, dia akan promosiin kita tanpa diminta.
Begitu juga dengan karyawan, supplier, atau reseller — semua harus tumbuh bersama.
Ingat, bisnis yang berkah itu bukan yang paling kaya, tapi yang paling banyak memberi manfaat.
5. Seek First to Understand, Then to Be Understood – Dengar Dulu Sebelum Ngomong
Sering kali kita jualan terlalu cepat bicara. Padahal, pelanggan nggak butuh semua penjelasan — mereka cuma ingin dimengerti.
Pelaku UMKM yang hebat itu pendengar yang baik. Ia tahu kapan bertanya, kapan mendengarkan, dan kapan menawarkan solusi.
Contohnya: sebelum menjual produk skincare, dengarkan dulu keluhan kulit pelanggan.
Atau sebelum buka cabang, pahami dulu karakter warga sekitar.
Intinya: jangan buru-buru menjelaskan keunggulan produk sebelum benar-benar memahami kebutuhan orang di depan kita.
6. Synergize – Bangun Kolaborasi, Jangan Sendirian
Banyak UMKM jalan sendiri-sendiri, padahal sumber daya terbatas.
Padahal, kalau mau naik kelas, kuncinya ada di kolaborasi.
Kerja sama dengan sesama UMKM, dengan komunitas, dengan influencer lokal, atau bahkan dengan koperasi dan lembaga pendamping.
Sinergi membuat kita punya daya lebih besar dari sekadar kerja sendiri.
Seperti lidi, satu mudah patah, tapi seikat jadi kekuatan.
7. Sharpen the Saw – Asah Terus Kemampuanmu
Dunia bisnis berubah cepat. Dulu jualan cukup di pasar, sekarang harus bisa online.
Yang nggak belajar, tertinggal.
Pelaku UMKM perlu terus mengasah “gergaji”-nya: ikut pelatihan, baca buku, belajar digital, belajar pelayanan.
Jangan takut belajar dari yang lebih muda, atau dari kompetitor sekalipun.
Mengasah diri itu tanda kita ingin terus tumbuh.
Naik kelas itu bukan soal modal besar, tapi soal kebiasaan kecil yang dilakukan terus menerus.
Kalau pelaku UMKM mulai membiasakan 7 hal ini — proaktif, punya arah, fokus pada yang penting, berpikir win-win, mendengarkan, berkolaborasi, dan belajar — maka rezeki akan mengikuti.
Usaha bukan sekadar cari untung, tapi perjalanan membangun karakter, keberkahan, dan keberlanjutan.
Karena pada akhirnya, yang membuat UMKM bertahan bukan seberapa besar omzetnya, tapi seberapa baik kebiasaannya.
Kang Apik juga merupakan Pengurus Apindo Kabupaten Cirebon bidang Pelatihan dan Organisasi, Co-Founder Cirebon-Connect, Pembina Usaha Kecil dan Menengah, Ketua Lembaga Pengembang UMKM dan Korda SUMU PDM Kabupaten Cirebon.